Bagi sebagian orang, perubahan mungkin menakutkan. Namun, perubahan
juga membawa harapan. Sebagian besar dari kita tentu ingin berubah
menjadi lebih baik; bekerja lebih baik, dan memperoleh hasil yang lebih
baik. Intinya, sebagian besar orang sebetulnya tertarik melakukan
perubahan. Sayangnya, banyak dari kita tidak tahu harus mulai dari mana,
atau malah terhantui dengan kegagalan di masa lalu ketika inisiatif
perubahan membuahkan kegagalan.
Bahkan, menurut pusat survei global yang melakukan survei terhadap budaya dan manajemen perubahan (change management) menunjukkan kalau tingkat keberhasilan dari inisiatif perubahan besar hanya 54 persen saja, dan menurut pusat survei tersebut, hasil ini terlalu rendah.
Jadi, apa sebenarnya yang dibutuhkan organisasi ketika memiliki inisiatif untuk melakukan perubahan?
Berikut 10 prinsip yang akan memandu organisasi anda melakukannya, seperti dikutip Industryweek.com:
Prinsip #1 – Memimpin dengan budaya
Dalam survei Katzenbach Center, 84 persen dari eksekutif yang disurvei mengatakan budaya organisasi mereka adalah penting bagi keberhasilan manajemen perubahan, dan 64 persen melihatnya lebih penting daripada strategi atau model operasi perusahaan. Namun, biasanya orang yang memimpin proses perubahan manajemen ini sering gagal jika bersinggungan dengan budaya yang sudah tertanam lama di dalam organisasi.
Jadi, alih-alih mencoba mengubah budaya yang sudah ada itu sendiri, manajer perubahan harus lebih terampil dalam memanfaatkan energi emosional dari budaya tersebut. Mereka harus memahami bagaimana cara orang-orang dalam berpikir, berperilaku, melakukan pekerjaan, dan apakah ada keinginan dari orang-orang untuk berubah. Untuk menggunakan energi emosional ini, pemimpin harus mencari unsur-unsur budaya yang selaras dengan perubahan, membawa mereka ke latar depan, dan menarik perhatian orang-orang yang siap untuk melakukan perubahan.
Prinsip #2 – Mulai dari atas
Meskipun keterlibatan karyawan dalam proses melakukan perubahan itu menjadi faktor yang penting, semua inisiatif manajemen perubahan yang sukses itu selalu dimulai dari komitmen top management. Artinya, para eksekutif puncak harus terlibat dalam diskusi, mendengarkan saran dan masukan satu sama lain, dan menerima sudut pandang yang berbeda dari biasanya untuk menyepakati visi demi tujuan inisiatif perubahan yang besar. Disinilah, peran pemimpin, sebagai penggerak perubahan, harus bertindak sebagai tim kolaboratif dan berkomitmen penuh selama proses berlangsung.
Prinsip #3 – Libatkan semua lapisan dalam organisasi
Strategic planners sering kali gagal dalam memperhitungkan sejauh mana tingkat kemampuan seseorang, sehingga inilah yang menjadi salah satu penyebab gagalnya inisiatif perubahan dalam organisasi. Misalnya, orang-orang yang berada di garda depan (frontline) cenderung memiliki pengetahuan di mana saja potensi gangguan dapat terjadi, apa masalah teknis dan logistik yang perlu ditangani, dan bagaimana pelanggan bereaksi terhadap perubahan itu sendiri. Sehingga, dengan semua pengetahuan yang mereka miliki dan keterlibatan sepenuh hati dari mereka tentu akan lebih memuluskan jalan bagi inisiatif perubahan.
Prinsip #4 – Membuat setiap permasalahan dapat diselesaikan bersama
Pemimpin akan sering membuat kasus untuk melakukan perubahan yang besar atas dasar tujuan strategi bisnis, dengan berkata seperti, “kita akan memasuki pasar baru” atau “kita ingin tumbuh 20% per tahun untuk tiga tahun ke depan”. Tujuan tersebut, mungkin hal yang umum dan wajar saja jika dilakukan, namun mereka jarang mengajak orang-orang secara emosional dengan cara yang dapat menjamin komitmen kuat dari setiap orang untuk mencapai tujuan tersebut.
Manusia menanggapi panggilan untuk bertindak yang melibatkan hati / emosional serta pikiran mereka, sehingga membuat mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari suatu yang penting. Dengan memahami budaya perusahaan, seorang pemimpin dapat mengaktifkan hubungan pribadi yang kuat antara perusahaan dan karyawan.
Prinsip #5 – Bertindak dengan pemikiran yang baru
Banyak inisiatif perubahan hanya berasumsi bahwa orang-orang akan merubah / menggeser pola pikir dan perilaku mereka setelah elemen-elemen formal seperti arahan dan insentif mulai diterapkan. namun, justru yang jauh lebih penting keberhasilan dari setiap inisiatif perubahan adalah memastikan bahwa perilaku sehari-hari masyarakat mencerminkan upaya perubahan itu sendiri. Contoh yang baik yang bisa ditiru adalah bahwa pemimpin senior harus bisa mencerminkan dua hal tersebut, pola pikir dan cara berperilaku yang baik sejak awal. Karena karyawan akan percaya perubahan yang nyata terjadi hanya ketika mereka melihat hal itu terjadi di bagian atas organisasi / para pemimpin mereka.
Prinsip #6 – Jalin komunikasi yang konstan
Pemimpin sering membuat kesalahan dengan membayangkan bahwa jika mereka menyampaikan pesan yang kuat dari perubahan pada awal inisiatif, maka orang akan mengerti apa yang harus dilakukan. Namun, justru perubahan yang kuat dan berkelanjutan memerlukan komunikasi yang konstan, semakin banyak jenis komunikasi yang digunakan, semakin efektif upaya perubahan tersebut berjalan.
Prinsip #7 – Memimpin di luar lini
Perubahan menjadi kesempatan terbaik bagi organisasi ketika semua orang yang memiliki otoritas dan pengaruh ikut terlibat. Selain karena mereka memegang posisi formal, peran pemimpin ini diakui menjadi kekuatan dalam kelompok, baik karena keahlian dan pengetahuan mereka juga karena luasnya jaringan dan kualitas pribadi yang mereka miliki. Sebagai seorang pemimpin perubahan, anda juga harus memiliki strategi bagaimana bisa menjangkau semua orang didalam organisasi. Salah satunya, dengan melibatkan peran pemimpin informal. Para pemimpin informal atau yang disebut juga “pasukan khusus inilah yang akan mengemban misi khusus dalam membantu anda sebagai pemimpin perubahan.
Misalnya, seperti seorang supervisor yang disenangi seluruh anggota timnya, seorang manajer proyek yang inovatif, atau resepsionis yang sudah di perusahaan selama 25 tahun. Organisasi yang berhasil menerapkan perubahan besar mengidentfikasi orang-orang ini lebih awal dan menemukan cara untuk melibatkan mereka sebagai peserta dan panduan.
Prinsip #8 – Manfaatkan solusi formal
Membujuk orang untuk mengubah perilaku mereka tidak akan cukup dengan transformasi kecil-kecilan, seperti elemen struktur formal, sistem penghargaan, pelatihan dan pengembangan saja. Justru, faktanya, banyak perusahaan gagal di daerah kritis ini.
Jadi, cobalah untuk membuat solusi yang lebih kuat, seperti program mentoring, misalnya. Sehingga, dengan program mentoring ini memungkinkan para pemimpin perusahaan memberlakukan perubahan kebijakan secara menyeluruh.
Prinsip #9 – Manfaatkan solusi informal
Walaupun dalam melakukan inisiatif perubahan dibutuhkan unsur-unsur formal, namun budaya yang sudah tertanam di perusahaan bisa saja merusak upaya perubahan itu sendiri. Orang-orang masih memiliki kemungkinan untuk kembali menggunakan cara-cara lama dan tidak sadar bagaimana perilaku mereka. Inilah yang menjadi penyebab mengapa solusi formal dan informal harus saling mengisi satu sama lain. Dengan meminta setiap orang di setiap tingkat untuk bertanggung jawab atas kualitas, dan dengan merayakan dan menghargai sebuah upaya perbaikan, para pemimpin perubahan mampu menciptakan suatu etika yang baik dalam lingkungan organisasi.
Prinsip #10 – Mengukur keberhasilan dan lakukan penyesuaian
Pusat survei global, Katzenbach mengungkap bahwa banyak organisasi yang terlibat dalam upaya transformasi gagal mengukur keberhasilan mereka sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Pemimpin biasanya begitu bersemangat untuk mengklaim kemenangan bahwa mereka telah berhasil melakukan perubahan, namun tidak meluangkan waktu untuk mencari tahu apa yang telah berhasil mereka capai dan apa yang belum. Sehingga, mereka bisa menyesuaikan langkah mereka selanjutnya. Organisasi membutuhkan informasi tentang bagaimana mendukung proses perubahan sepanjang siklus hidupnya.***
Sumber: Industryweek.com
Bahkan, menurut pusat survei global yang melakukan survei terhadap budaya dan manajemen perubahan (change management) menunjukkan kalau tingkat keberhasilan dari inisiatif perubahan besar hanya 54 persen saja, dan menurut pusat survei tersebut, hasil ini terlalu rendah.
Jadi, apa sebenarnya yang dibutuhkan organisasi ketika memiliki inisiatif untuk melakukan perubahan?
Berikut 10 prinsip yang akan memandu organisasi anda melakukannya, seperti dikutip Industryweek.com:
Prinsip #1 – Memimpin dengan budaya
Dalam survei Katzenbach Center, 84 persen dari eksekutif yang disurvei mengatakan budaya organisasi mereka adalah penting bagi keberhasilan manajemen perubahan, dan 64 persen melihatnya lebih penting daripada strategi atau model operasi perusahaan. Namun, biasanya orang yang memimpin proses perubahan manajemen ini sering gagal jika bersinggungan dengan budaya yang sudah tertanam lama di dalam organisasi.
Jadi, alih-alih mencoba mengubah budaya yang sudah ada itu sendiri, manajer perubahan harus lebih terampil dalam memanfaatkan energi emosional dari budaya tersebut. Mereka harus memahami bagaimana cara orang-orang dalam berpikir, berperilaku, melakukan pekerjaan, dan apakah ada keinginan dari orang-orang untuk berubah. Untuk menggunakan energi emosional ini, pemimpin harus mencari unsur-unsur budaya yang selaras dengan perubahan, membawa mereka ke latar depan, dan menarik perhatian orang-orang yang siap untuk melakukan perubahan.
Prinsip #2 – Mulai dari atas
Meskipun keterlibatan karyawan dalam proses melakukan perubahan itu menjadi faktor yang penting, semua inisiatif manajemen perubahan yang sukses itu selalu dimulai dari komitmen top management. Artinya, para eksekutif puncak harus terlibat dalam diskusi, mendengarkan saran dan masukan satu sama lain, dan menerima sudut pandang yang berbeda dari biasanya untuk menyepakati visi demi tujuan inisiatif perubahan yang besar. Disinilah, peran pemimpin, sebagai penggerak perubahan, harus bertindak sebagai tim kolaboratif dan berkomitmen penuh selama proses berlangsung.
Prinsip #3 – Libatkan semua lapisan dalam organisasi
Strategic planners sering kali gagal dalam memperhitungkan sejauh mana tingkat kemampuan seseorang, sehingga inilah yang menjadi salah satu penyebab gagalnya inisiatif perubahan dalam organisasi. Misalnya, orang-orang yang berada di garda depan (frontline) cenderung memiliki pengetahuan di mana saja potensi gangguan dapat terjadi, apa masalah teknis dan logistik yang perlu ditangani, dan bagaimana pelanggan bereaksi terhadap perubahan itu sendiri. Sehingga, dengan semua pengetahuan yang mereka miliki dan keterlibatan sepenuh hati dari mereka tentu akan lebih memuluskan jalan bagi inisiatif perubahan.
Prinsip #4 – Membuat setiap permasalahan dapat diselesaikan bersama
Pemimpin akan sering membuat kasus untuk melakukan perubahan yang besar atas dasar tujuan strategi bisnis, dengan berkata seperti, “kita akan memasuki pasar baru” atau “kita ingin tumbuh 20% per tahun untuk tiga tahun ke depan”. Tujuan tersebut, mungkin hal yang umum dan wajar saja jika dilakukan, namun mereka jarang mengajak orang-orang secara emosional dengan cara yang dapat menjamin komitmen kuat dari setiap orang untuk mencapai tujuan tersebut.
Manusia menanggapi panggilan untuk bertindak yang melibatkan hati / emosional serta pikiran mereka, sehingga membuat mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari suatu yang penting. Dengan memahami budaya perusahaan, seorang pemimpin dapat mengaktifkan hubungan pribadi yang kuat antara perusahaan dan karyawan.
Prinsip #5 – Bertindak dengan pemikiran yang baru
Banyak inisiatif perubahan hanya berasumsi bahwa orang-orang akan merubah / menggeser pola pikir dan perilaku mereka setelah elemen-elemen formal seperti arahan dan insentif mulai diterapkan. namun, justru yang jauh lebih penting keberhasilan dari setiap inisiatif perubahan adalah memastikan bahwa perilaku sehari-hari masyarakat mencerminkan upaya perubahan itu sendiri. Contoh yang baik yang bisa ditiru adalah bahwa pemimpin senior harus bisa mencerminkan dua hal tersebut, pola pikir dan cara berperilaku yang baik sejak awal. Karena karyawan akan percaya perubahan yang nyata terjadi hanya ketika mereka melihat hal itu terjadi di bagian atas organisasi / para pemimpin mereka.
Prinsip #6 – Jalin komunikasi yang konstan
Pemimpin sering membuat kesalahan dengan membayangkan bahwa jika mereka menyampaikan pesan yang kuat dari perubahan pada awal inisiatif, maka orang akan mengerti apa yang harus dilakukan. Namun, justru perubahan yang kuat dan berkelanjutan memerlukan komunikasi yang konstan, semakin banyak jenis komunikasi yang digunakan, semakin efektif upaya perubahan tersebut berjalan.
Prinsip #7 – Memimpin di luar lini
Perubahan menjadi kesempatan terbaik bagi organisasi ketika semua orang yang memiliki otoritas dan pengaruh ikut terlibat. Selain karena mereka memegang posisi formal, peran pemimpin ini diakui menjadi kekuatan dalam kelompok, baik karena keahlian dan pengetahuan mereka juga karena luasnya jaringan dan kualitas pribadi yang mereka miliki. Sebagai seorang pemimpin perubahan, anda juga harus memiliki strategi bagaimana bisa menjangkau semua orang didalam organisasi. Salah satunya, dengan melibatkan peran pemimpin informal. Para pemimpin informal atau yang disebut juga “pasukan khusus inilah yang akan mengemban misi khusus dalam membantu anda sebagai pemimpin perubahan.
Misalnya, seperti seorang supervisor yang disenangi seluruh anggota timnya, seorang manajer proyek yang inovatif, atau resepsionis yang sudah di perusahaan selama 25 tahun. Organisasi yang berhasil menerapkan perubahan besar mengidentfikasi orang-orang ini lebih awal dan menemukan cara untuk melibatkan mereka sebagai peserta dan panduan.
Prinsip #8 – Manfaatkan solusi formal
Membujuk orang untuk mengubah perilaku mereka tidak akan cukup dengan transformasi kecil-kecilan, seperti elemen struktur formal, sistem penghargaan, pelatihan dan pengembangan saja. Justru, faktanya, banyak perusahaan gagal di daerah kritis ini.
Jadi, cobalah untuk membuat solusi yang lebih kuat, seperti program mentoring, misalnya. Sehingga, dengan program mentoring ini memungkinkan para pemimpin perusahaan memberlakukan perubahan kebijakan secara menyeluruh.
Prinsip #9 – Manfaatkan solusi informal
Walaupun dalam melakukan inisiatif perubahan dibutuhkan unsur-unsur formal, namun budaya yang sudah tertanam di perusahaan bisa saja merusak upaya perubahan itu sendiri. Orang-orang masih memiliki kemungkinan untuk kembali menggunakan cara-cara lama dan tidak sadar bagaimana perilaku mereka. Inilah yang menjadi penyebab mengapa solusi formal dan informal harus saling mengisi satu sama lain. Dengan meminta setiap orang di setiap tingkat untuk bertanggung jawab atas kualitas, dan dengan merayakan dan menghargai sebuah upaya perbaikan, para pemimpin perubahan mampu menciptakan suatu etika yang baik dalam lingkungan organisasi.
Prinsip #10 – Mengukur keberhasilan dan lakukan penyesuaian
Pusat survei global, Katzenbach mengungkap bahwa banyak organisasi yang terlibat dalam upaya transformasi gagal mengukur keberhasilan mereka sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Pemimpin biasanya begitu bersemangat untuk mengklaim kemenangan bahwa mereka telah berhasil melakukan perubahan, namun tidak meluangkan waktu untuk mencari tahu apa yang telah berhasil mereka capai dan apa yang belum. Sehingga, mereka bisa menyesuaikan langkah mereka selanjutnya. Organisasi membutuhkan informasi tentang bagaimana mendukung proses perubahan sepanjang siklus hidupnya.***
Sumber: Industryweek.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar